Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Rabu, 10 Maret 2010

Plezier Babarengan Si Geulis















Kembali beroperasinya kereta Sukabumi

          Jika saja Gubernur Jendral Hindia Belanda Graaf Johannes van den Bosch tidak pernah menjejakkan kakinya di wilayah koloni, terutama pulau Jawa, pada abad ke-19, dan melancarkan sistem tanam paksa (culturstelsel), mungkin para leluhur kita kala itu tidak akan pernah mengenal moda transportasi darat selain kereta kuda. Meski sarat pelanggaran hak asasi manusia, tapi sistem tanam paksa yang dilancarkan sang jendral setidaknya memberi efek "positif" yaitu dioperasikannya kereta api (KA) sebagai moda transportasi darat yang berkapasitas besar dan bertempo cepat untuk mengangkut hasil tanaman, antara lain tebu, kina, dan kopi, ke pelabuhan untuk diekspor.
          Catatan sejarah menuturkan, pemerintah Hindia Belanda telah membangun dan mengoperasikan KA, khususnya di Jawa Barat, sejak sekitar satu setengah abad silam. Sepanjang era 1863-1873, kaum kolonial telah mendirikan perusahaan KA swasta Nederlandsch-Indische Spoorwweg Maatschappij ( NIS ), dan meresmikan pengoperasian jalur Batavia (Jakarta Kota) - Bultenzorg (Bogor). Dua tahun berselang, tepatnya pada 6 April 1875, NIS mengalami kebangkrutan. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah Hindia Belanda mendirikan perusahaan KA negara Staat Spoorwegen (SS) guna melanjutkan pembangunan jalur KA. Dalam tempo kurang dari satu dekade, pada 16 Juni 1884, jalur KA Bogor Sukabumi sudah dioperasikan secara maksimal.















               Sejalan dengan waktu, kolonialisme di tanah air pun berakhir. Seolah terkena efek domino, pengoperasian jalur KA rute Bogor-Sukabumi juga berhenti. Memasuki era milenium, menyusul ambruknya terowongan KA di Lampegan, serta memburuknya kondisi infrastruktur yang tidak terawat, antara lain bantalan rel berkarat dan keropos, pengoperasian KRD (Kereta Rel Diesel) ekonomi jurusan Bogor-Sukabumi dihentikan. Jalur KA sejauh 60 km itu akhirnya jadi jalur mati.
               Tentu saja, penghentian operasional KA jurusan Bogor-Sukabumi ini amat disesalkan, terutama oleh warga setempat. Mereka kehilangan moda transportasi darat andalan. Sebab, dengan menggunakan KA, waktu tempuh dari/ke Bogor-Sukabumi dapat dipersingkat, sekitar 2 jam saja. Sementara, jika menggunakan kendaran bermotor, waktu tempuhnya molor hingga lebih dari 3 jam.
               Untung saja, penyesalan warga tak berlangsung lama,. Karena pada pertengahan Desember 2008 lalu, KRD Ekspres Bumi Geulis akhirnya menggemakan bunyi peluitnya yang sudah sekian lama tak terdengar. Si Geulis kembali "melenggang" dan melintasi Sukabumi-Bogor, dan sebaliknya. Untuk sementara, kapasitas angkut Si Geulis masih terbatas. KRD yang mengangkut 532 penumpang ini diberangkatkan dari Sukabumi pukul 05.00 pagi, tiba di Bogor sekitar 07.10. Sebaliknya, dari Bogor, Si Geulis berangkat pukul 17.00 dan tiba di Sukabumi sekitar pukul 19.10. Dengan membayar tiket seharga Rp. 8000, warga dapat menikmati plezier bersama Si Geulis, yang sebelumnya bernama Prambanan Ekspres dan melewati rute Yogyakarta-Solo.
               Si Geulis memang secantik namanya. KRD yang didominasi warna hijau ini dilengkapi tempat duduk standar K2 (kelas bisnis), lampu penerangan LED, kipas angin, toilet, dan juga pegangan bagi penumpang yang tidak kebagian tempat duduk. Saat Si Geulis "melenggang", ia tak ubahnya pesohor rupawan yang membuat perhatian masyarakat spontan tertuju padanya. Orang-orang dewasa keluar dari rumah, dan anak-anak sekolah keluar dari kelas, hanya untuk melihat KRD ini dengan kecepatan 40 km/jam.
                Asyiknya plezier bersama Si Geulis, kita bisa melihat panorama indah selepas stasiun Batutulis, mulai dari sungai, persawahan, bukit, hingga Gunung Salak.
               Ah, hijaunya Si Geulis dan hijaunya pemandangan alam, memang sama-sama menyamankan dan menyejukkan indera penglihatan, juga perasaan!

0 komentar:

Posting Komentar