Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Kamis, 18 Maret 2010

Musik untuk Teman Perjalanan














Silakan kunjungi http://www.nationalgeographic.com/traveler/resources/downloads.html, untuk melihat daftar lagu yang dapat diunduh dengan iTunes.

Bird Watching



          Birdwatching atau pengamatan burung,. Sebuah aktivitas di alam bebas yang mensyaratkan kesabaran, ketelatenan, kejelian dan stamina prima. Stamina berpulang kepada raga; kondisi fisik yang mesti disiapkan bila lokasi berada dalam kawasan atau tempat tertentu dengan aksesbilitas minim atau hanya dapat dicapai jalan kaki. Sementara kesabaran, ketelatenan dan kejelian berada dalam konteks menanti saat-saat pengamatan. Diperlukan waktu-waktu tertentu untuk menunggui burung terbang datang atau pergi. Demikian juga aktivitas bersuara atau bercakap-cakap - yang tidak diperlukan - karena dapat mengusik keberadaan mereka. Dan sebuah binokular, topi safari, peta serta kompas termasuk peranti penunjang penting.
          Meski terkesan serius, kegiatan dapat dijadikan santai bagi seluruh anggota keluraga. Pilihlah taman burung, dengan proyek pengembangbiakan spesies dari berbagai penjuru dunia. Memperkaya wawasan sekaligus membuka kesempatan menyentuh si burung.

Botani

         Upaya membersihkan paru-paru serta relaksasi bisa dilakukan di sebuah kebun botani. Cukup memilih bangku yang tersedia dan memandang jauh ke deretan pepohonan di depan mata. Menenangkan perasaan dan berkonsentrasi laiknya bersiap mengikuti sesi latihan yoga. Dalam beberapa saat, serasa timbul energi yang mempu mengurai berbagai jalinan kusut centang-perenang di kepala.
         Selain berkemampuan menenangkan atau mendatangkan relaksasi, sebuah kebun raya atau kebun botani memiliki sederet fungsi berkait ilmu pengetahuan. Disini terdapat koleksi tanaman langka, pusat penelitian serta budidaya tanaman, sampai wahana belajar mandiri dan bimbingan dengan asistensi petugas.
         Para pembimbing di sekolah juga dapat menjadikan kebun botani sebagai museum hidup berisi materi pengajaran bagi murid-murid. Setiap tumbuhan dikelompokkan secara tematis, diberi label nama lokal dan latin, agar lebih mudah dikenali. Juga terdapat koleksi ditempatkan dalam konservatori rumah kaca (glasshouse) sampai herbarium berisi spesimen tanaman tertentu yang diawetkan.

Agrowisata















         Kesejukan udara dan panorama dataran tinggi telah memberi inspirasi bagi dunia bisnis untuk mengembangkan kbun atau taman bertajuk agrowisata. Beragam aktivitas berkonsep memelihara kelangsungan hidup alam bisa ditilik disini. Mulai dari memberikan edukasi kepada anak-anak untuk peduli tumbuhan sejak kecil, sampai bersantai bersama seluruh anggota di lingkungan alam hijau serta 'pagar' dataran tingggi memanjakan mata dan rasa.
         Dalam sebuah kunjungan agro wisata, pengunjung akan mendapat pengantar berupa pengenalan tumbuhan yang dibudidayakan serta tengah diteliti, termasuk di antaranya hasil persilangan. Bila kebun menyediakan bermacam varietas buah, para tamu bahkan berpotensi menjumpai jenis-jenis nostalgia yang kini terbilang langka ditemukan di lingkungan sekitar atau pasar. Seperti murbei (Morus alba L), srikaya (Annona Squamosa) sampai lobi-lobi (Flacourtia inermis). Jenis-jenis yang dulu digunakan sebagai 'perekat' pertemanan di masa muda, dengan cara dipanjat bersama di kebun orang tua bahkan tetangga.

Peta Hijau

Peta Hijau adalah peta buatan komunitas lokal yang memetakan potensi alam dan budaya suatu kawasan. Menggunakan mode mudah diadaptasi serta konsep ikon Green Map System sebagai bahasa visual global untuk menyorot sumber daya kehidupan. Peta hijau digagas Wendy Brower di New York, 25 Maret 1995, dan lima tahun kemudian dirintis di Indonesia oleh Marco Wijayakusuma, dengan membangun www.greenmap.org.id.
      Kegiatan Peta Hijau meliputi workshop, pembuatan peta, tur, pameran, dan penerbitan buku panduan. Guna mensosialisasikan peta hijau kepada masyarakat, komunitas menyelenggarakan Tur Peta Hijau sebulan sekali di akhir pekan. Rute diselaraskan temuan lokasi-lokasi menarik yang terdapat dalam Peta Hijau dan penyelenggaraan dikoordinir komunitas, dipandu anggota peta hijau dan tokoh lokal ( sebagai host di setiap lokasi ). Tujuannya membangun kebiasaan hidup perkotaan yang berkelanjutan dan menambah relawan serta jejaring komunitas menjadi Green Map Maker sebagai bentuk nyata kontribusi warga kota.

Jumat, 12 Maret 2010

Digital Penyimpan Kenangan

        Lepas dari laptop dan ponsel serba canggih yang menghubungkan pejalan dengan seluruh penjuru dunia, dokumentasi berbasis digital menjadi peranti tak kalah penting. Sederet kamera saku kaliber SLR, dan handycam bisa dipilih sesuai kebutuhan.

Handycam
Sony HDR TG-1E. Salah satu fitur yang menjadi andalan, mencegah terjadinya gambar menjadi kabur akibat pergerakan yang terjadi di alam bebas.

Spesifikasi:
> 1080 HD
> 4 Mega Pixels








Panasonic SDR S7. Berukuran kamera saku digital, dirancang untuk dibawa kemana-mana.

Spesifikasi:
> 10 optical zoom
> 3,4 Mega Pixels
> Kualitas MPEG2DVD















Kamera
Nikon Coolpix P6000. Punya fasilitas GPS untuk mengenali lokasi pengambilan gambar atau matikan fasilitas GPS sebelum membidik bila ingin merahasiakan lokasi.

Spesifikasi:
> Resolusi 13,5 Mega Pixels
> Lensa 4x NIKKOR
> Optical zoom 28-112 mm
> ISO 6400
> GPS




Olympus Mju 1050 SW . Tipis dan tahan saat dijatuhkan dari ketinggian 1,5 m, tahan air hingga kedalaman 3 m, tahan beku di suhu -10 derajat Celcius. TAP Control Menu mampu mendeteksi wajah 16 orang sekaligus.


Spesifikasi:
> Water Resistant up to 3 m
> Temperature Resistant up to -10 degrees Celcius
> 16 Face TAP Control Menu
> 10, 1 Mega Pixels
> Lensa 3x zoom Optical 38-114 mm

Rabu, 10 Maret 2010

Plezier Babarengan Si Geulis















Kembali beroperasinya kereta Sukabumi

          Jika saja Gubernur Jendral Hindia Belanda Graaf Johannes van den Bosch tidak pernah menjejakkan kakinya di wilayah koloni, terutama pulau Jawa, pada abad ke-19, dan melancarkan sistem tanam paksa (culturstelsel), mungkin para leluhur kita kala itu tidak akan pernah mengenal moda transportasi darat selain kereta kuda. Meski sarat pelanggaran hak asasi manusia, tapi sistem tanam paksa yang dilancarkan sang jendral setidaknya memberi efek "positif" yaitu dioperasikannya kereta api (KA) sebagai moda transportasi darat yang berkapasitas besar dan bertempo cepat untuk mengangkut hasil tanaman, antara lain tebu, kina, dan kopi, ke pelabuhan untuk diekspor.
          Catatan sejarah menuturkan, pemerintah Hindia Belanda telah membangun dan mengoperasikan KA, khususnya di Jawa Barat, sejak sekitar satu setengah abad silam. Sepanjang era 1863-1873, kaum kolonial telah mendirikan perusahaan KA swasta Nederlandsch-Indische Spoorwweg Maatschappij ( NIS ), dan meresmikan pengoperasian jalur Batavia (Jakarta Kota) - Bultenzorg (Bogor). Dua tahun berselang, tepatnya pada 6 April 1875, NIS mengalami kebangkrutan. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah Hindia Belanda mendirikan perusahaan KA negara Staat Spoorwegen (SS) guna melanjutkan pembangunan jalur KA. Dalam tempo kurang dari satu dekade, pada 16 Juni 1884, jalur KA Bogor Sukabumi sudah dioperasikan secara maksimal.















               Sejalan dengan waktu, kolonialisme di tanah air pun berakhir. Seolah terkena efek domino, pengoperasian jalur KA rute Bogor-Sukabumi juga berhenti. Memasuki era milenium, menyusul ambruknya terowongan KA di Lampegan, serta memburuknya kondisi infrastruktur yang tidak terawat, antara lain bantalan rel berkarat dan keropos, pengoperasian KRD (Kereta Rel Diesel) ekonomi jurusan Bogor-Sukabumi dihentikan. Jalur KA sejauh 60 km itu akhirnya jadi jalur mati.
               Tentu saja, penghentian operasional KA jurusan Bogor-Sukabumi ini amat disesalkan, terutama oleh warga setempat. Mereka kehilangan moda transportasi darat andalan. Sebab, dengan menggunakan KA, waktu tempuh dari/ke Bogor-Sukabumi dapat dipersingkat, sekitar 2 jam saja. Sementara, jika menggunakan kendaran bermotor, waktu tempuhnya molor hingga lebih dari 3 jam.
               Untung saja, penyesalan warga tak berlangsung lama,. Karena pada pertengahan Desember 2008 lalu, KRD Ekspres Bumi Geulis akhirnya menggemakan bunyi peluitnya yang sudah sekian lama tak terdengar. Si Geulis kembali "melenggang" dan melintasi Sukabumi-Bogor, dan sebaliknya. Untuk sementara, kapasitas angkut Si Geulis masih terbatas. KRD yang mengangkut 532 penumpang ini diberangkatkan dari Sukabumi pukul 05.00 pagi, tiba di Bogor sekitar 07.10. Sebaliknya, dari Bogor, Si Geulis berangkat pukul 17.00 dan tiba di Sukabumi sekitar pukul 19.10. Dengan membayar tiket seharga Rp. 8000, warga dapat menikmati plezier bersama Si Geulis, yang sebelumnya bernama Prambanan Ekspres dan melewati rute Yogyakarta-Solo.
               Si Geulis memang secantik namanya. KRD yang didominasi warna hijau ini dilengkapi tempat duduk standar K2 (kelas bisnis), lampu penerangan LED, kipas angin, toilet, dan juga pegangan bagi penumpang yang tidak kebagian tempat duduk. Saat Si Geulis "melenggang", ia tak ubahnya pesohor rupawan yang membuat perhatian masyarakat spontan tertuju padanya. Orang-orang dewasa keluar dari rumah, dan anak-anak sekolah keluar dari kelas, hanya untuk melihat KRD ini dengan kecepatan 40 km/jam.
                Asyiknya plezier bersama Si Geulis, kita bisa melihat panorama indah selepas stasiun Batutulis, mulai dari sungai, persawahan, bukit, hingga Gunung Salak.
               Ah, hijaunya Si Geulis dan hijaunya pemandangan alam, memang sama-sama menyamankan dan menyejukkan indera penglihatan, juga perasaan!

Senin, 08 Maret 2010

My Railway Photograph















Lokomotif CC 201 77 akan menghela KA Harina di Stasiun Semarang Tawang.

      













KA Argo sedang lewat di depan Hotel Panghegar Bandung.

KA Ekonomi melewati hamparan sawah di Bojonegoro, Jawa Timur.


 













Lokomotif CC 203 sedang stabling di Peron I Stasiun Pekalongan.















CC 201 45 sedang menarik KA Ekonomi di depan Pintu Air Jagir dekat Stasiun Wonokromo, Surabaya.

         Dan masih banyak lagi yang lainnya . . .

Dua Mata di Little Holland (Bagian 1)

            Menyusuri Kota Lama serasa menyesap masa kejayaan kolonial Belanda. Tak tahulah bagaimana caranya agar ia menemukan gairahnya kembali



  











              Banyak yang bilang bahwa Kota Lama Semarang yang terletak timur laut dari pusat kota, mirip dengan Belanda. Memang, kota ini dibangun pada masa kolonial Belanda di Indonesia.
              Berikut ini 4 tahap perubahan fisik Kota Lama Semarang:
1.Tahap 1(Periode tahun 900-1678) Kiai Ageng Pandanaran membangun pemukiman pertama di daerah barat daya dari Demak yang kemudian diberi nama Semarang. Dari desa, berkembang menjadi kabupaten.
2.Tahap 2(Periode tahun 1678-1942) Pemerintahan Susuhunan Surakarta menggadaikan Semarang
kepada Pemerintahan Belanda (VOC), yang segera membangun perkampungan dan jaringan kereta api.
3.Tahap 3(Periode tahun 1942-1945) Pecahnya Perang Dunia II mengakibatkan kekuasaan Pemerintah Belanda jatuh ke tangan Pemerintah Jepang. Semarang mengalami perusakan oleh tentara Jepang.
4.Tahap 4(Periode tahun 1945-sekarang) Pasca perlawanan rakyat Semarang terhadap tentara Jepang, pembangunan kota ini, terutama di selatan, bergairah kembali. Tapi Kota Lama Semarang mulai ditinggalkan.

               Bersambung ke bagian 2.       

Minggu, 07 Maret 2010

Selamat Datang















            Blog ini saya dedikasikan untuk orang-orang pecinta hiburan, seperti misalnya fotografi, game, film, petualangan, dan yang lainnya.
            Untuk tahap pertama, blog ini masih dalam tahap development (pengembangan), silakan tunggu dulu 4-5 minggu ke depan.